SONAR
Sonar (sound navigation and ranging), merupakan istilah dari Amerika, yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara untuk navigasi atau mendeteksi keadaan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua tipe sonar yaitu sonar aktif dan pasif.
Sonar aktif menggunakan transmitter, yang mengkonversi energi listrik menjadi energi suara dan memancarkan gelombang suara tersebut. Transmitter ini bila digunakan di dalam air, bisa menghasilkan gelombang suara berdenging yang kuat.
Gelombang suara ini merambat di dalam air hingga akhirnya menabrak sebuah objek, kemudian objek tersebut memantulkan gelombang suara tadi ke segala arah. Beberapa gelombang pantulan akan memantul kembali ke alat sonar dan ditangkap oleh sebuah alat receiver. Lalu receiver ini mengkonversikan energi suara pantulan tersebut kembali ke bentuk energi frekuensi listrik, kemudian komputer akan menganalisa frekuensi listrik ini untuk menentukan lokasi dan jeda objek dari alat sonar.
Sonar akan memperhitungkan jeda objek dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk memancar dari transmitter, memantul dari objek, dan diterima kembali oleh receiver. Metode perhitungan jeda ini disebut echo ranging. Gelombang suara memiliki kecepatan tempuh 1,5 km/detik di dalam air.
Sedangkan tipe sonar pasif, hanya bisa menerima gelombang suara yang dipancarkan oleh sumber suara lain, dan tidak bisa memancarkan gelombang suara. Tipe sonar ini bisa digunakan buat memperkirakan arah dari sebuah objek, namun tidak bisa digunakan buat menentukan jeda lokasi objek tersebut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
Sonar mula-mula dibuat untuk mendeteksi keberadaan gunung es. Minat untuk mengembangkan perangkat sonar terutama didorong oleh sengitnya perang kapal selam pada Perang Dunia 1. Sistem sonar pasif, yang terdiri atas deretan mikrofon yang ditarik kapal, digunakan untuk mendeteksi kehadiran kapal selam pada kira-kira tahun 1916. Sonar aktif baru mulai dioperasikan sejak tahun 1918 oleh kelompok ilmuwan Inggris dan Amerika.
Beberapa contoh pemanfaatan sonar:
Gelombang ultrasonik dimanfaatkan untuk mengamati janin bayi dalam kandungan, yang dikenal dengan ultrasonografi (USG). Alat ini akan memancarkan berkas ultrasonik ke rahim ibu hamil, kemudian melacak perubahan frekuensi bunyi mantul dari jantung yang berdenyut dan darah yang beredar. Pancaran pendek dari ultrasonik akan menghasilkan gambar penampang badan manusia. Denyut yang menabrak janin dan tulang belakang akan terpantul. Komputer menyimpan intensitas setiap denyut dan waktu arah gemanya. Berdasarkan data, computer akan menghitung kedalaman dan lokasi setiap benda yang menghasilkan gema, lalu menampilkan titik cerah pada monitor.
Gelombang ultrasonik digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada manusia, seperti mendeteksi adanya kista pada ovarium.
Gelombang ultrasonik juga digunakan untuk menentukan kedalaman dasar lautan yang diperoleh dengan cara memancarkan bunyi ke dalam air. Gelombang bunyi akan merambat menurut garis lurus hingga mengenai sebuah penghalang, misalnya dasar laut. Ketika gelombang bunyi itu mengenai penghalang, sebagian gelombang itu akan dipantulkan kembali ke kapal sebagai gema. Waktu yang dibutuhkan gelombang bunyi untuk bergerak turun ke dasar dan kembali ke atas diukur dengan cermat.
Dalam penggunaan di bidang kemiliteran, sonar pasif memiliki kelebihan tersendiri, yaitu tak bisa dideteksi oleh sonar yang dimiliki oleh pihak lawan. Pada umumnya, semua kapal selam menggunakan sonar tipe ini, sedangkan hampir seluruh kapal bahari tempur yang berada di atas permukaan air menggunakan sonar aktif sebab jenis kapal ini mengeluarkan bunyi yang terlalu bising sehingga tak memungkinkan penggunaan tipe sonar pasif.
SUMBER: https://riginaadhita.wordpress.com/2015/03/26/sistem-sonar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar